LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AIR
Laporan
praktikum Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air
Semester IV
Fakultas
Perikanan, Universitas Pekalongan
Tahun
Pelajaran 2014
Di
susun Oleh :
Nama : Nur Aisah
NPM : 0310060312
Kelas : Perikanan Sore ( B )
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata
Kuliah Fisiologi Hewan Air.
Tidak
lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Bahrus Syakirin, M.Pi
sebagai dosen Pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan Air, kepada Ibu Dra. Hayati
Soeprapto, Msi sebagai dosen pembimbing praktikum,serta terimakasih juga untuk
dosen-dosen Fakultas Perikanan, Universitas Pekalongan yang telah membimbing.
Laporan
praktikum ini tentunya belum cukup sempurna, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan
praktikum di masa yang akan datang.
Penulis berharap, semoga laporan praktikum ini
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Pekalongan,
Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
dimana mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya melimpah tersebut
baik berasal dari darat maupun lautan, dari budidaya maupun tangkapan.
Ikan adalah Organisme berdarah dingin
(poikilotermis) dimana ia menghabiskan sebagian hidupnya di perairan, bergerak
dan mengatur keseimbangan menggunakan insng dan pada umunya bernafas dengan
insang.
Hal tersebut juga diperkuat oleh
pernyataan Musfirah (2012), ia menyatakan bahwa Ikan merupakan salah satu jenis
hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis (berdarah dingin), memiliki ciri
khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air
sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk
bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga
tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Didalam tubuh ikan terdapat
proses-proses yang membangun pada setiap fungsi tubuh yang membentuk suatu
sistem yang dibahas dalam fisiologi hewan air baik dari respirasi, pertumbuhan,
osmerogulasi, adaptasi, dan lain sebagainya. Ikan nila merupakan objek praktikum ini yang akan diamati dan diuji.
Laporan
praktikum ini disusun guna :
·
Melengkapi tugas mata kuliah fisiologi
hewan air.
·
Mengetahui pengaruh frekuensi pemberian
pakan terhadap pertumbuhan dan kadar gula darah ikan.
·
Mengetahui banyak frekuensi operculum terbuka
dan menutupnya insang.
1.3.
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan :
·
Menambah wawasan tentang fisiologi hewan
air.
·
Menambah wawasan mengenai pengaruh frekuensi
pemberian pakan ikan terhadap pertumbuhan dan kadar glokusa ikan.
·
Mengetahui frekuensi operculum terbuka
dan menutup.
·
Dapat mengaplikasikan dalam budidaya
perikanan.
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun
sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Suyanto
(2005), adalah sebagai berikut:
kingdom
: Animalia
filum
: Chordata
kelas
: Osteichthyes
ordo
: Percomorphi
sub-ordo
: Percoidea
famili
: Cichlidae
genus
: Oreochromis
spesies
: Oreochromis niloticus.
Ikan nila
mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna gelap
disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip
punggung dan sirip duburnya. Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi
mulut superior dan dapat disembulkan, sisik stenoid dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri atas sirip
dorsal, ventral, pektoral, anal,
dan caudal. Posisi sirip
ventral terhadap pektoralnya adalah abdominal. Ikan nila mempunyai linea lateralis yang lengkap dan
terputus. Ada beberapa ciri yang dapat membedakan ikan nila jantan dan betina,
Pada rahang terdapat bercak kehitaman.
Sisik ikan
nila adalah tipe scenoid.
Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang
keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian belakang
sirip dada (abdormal) (Tariga,
2012).
Menurut
Suyanto (2005), perbedaannya terdapat pada sisiknya. Sisik ikan nila jantan
lebih besar daripada ikan nila betina, sisik bawah dagu dan perut ikan nila
jantan berwarna gelap, dan alat kelamin jantan berupa tonjolan yang disebut
papilla sedangkan kelamin betina berupa tonjolan dibelakang anus.
2.2 Habitat
Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun
di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak
terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, tambak air payau, atau di dalam
jaring terapung di laut. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin
dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam dinaikkan sdikit demi
sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang berkadar
garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Leugeu,
2009).
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga
bisa mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Oleh karena itu, ikan ini
sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih,pakan yang disukainya adalah
zooplankton (plankton hewani),sepertiRotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp.
Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di
bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga
memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran
dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet(Tariga,
2012).
2.4 Kualitas Air
Ikan nila memiliki kemampuan
menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki
toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di
dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang
rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38oC
dengan suhu terbaik adalah 25-30oC dan dengan nilai pH air
antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
Ikan nila tergolong ikan yang dapat
bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0–35 ppt. Ikan nila merupakan
ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan
payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap
sekitar 1–2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2-3 ppt agar
ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).
METODE
PRAKTIKUM
Praktikum Fisiologi
Hewan Air dilaksanakan mulai dari tanggal 13 hingga 23 Mei 2014 bertempat di
Laboratorium Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan (UNIKAL) di Slamaran.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Alat yang
digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut :
No
|
Nama
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Akuarium
|
Digunakan
sebagai wadah pemeliharaan ikan yang
akan di amati
|
2
|
Aerator
|
Digunakan
sebagai media suplay oksigen terlarut
|
3
|
Alat
Suntik/ injeksi
|
Digunakan
sebagai mengambil darah ikan
|
4
|
Glucose
Meter
|
Digunakan
sebagai mengukur kadar glukosa darah
|
5
|
Timbangan
ditigal
|
Digunakan
sebagai menimbang bobot ikan
|
6
|
Stopwacth
|
Digunakan
sebagai menghitung operculum
|
7
|
Tisu
|
Sebagai
membersihkan alat-alat yang digunakan
|
8
|
Baskom
|
Digunakan
sebagai menyimpan ikan
|
9
|
Alat
tulis
|
Mencatat
hasil praktikum
|
10
|
Selang
Aerasi
|
Media
penyalur oksigen dari aerator
|
11
|
Seser
|
Alat
untuk penyaring kotoran atau pengambil objek
|
Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk
praktikum adalah sebagai berikut :
No
|
Nama
Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Ikan
Nila
|
Objek
Pengamatan
|
2
|
Kalium
Permanganat (PK)
|
Digunakan
untuk sterilisasi akuarium yang akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan
ikan yang akan di uji
|
3
|
Pakan
buatan (pelet)
|
Sebagai
pakan dan sumber energi ikan
|
4
|
Darah
Ikan
|
Bahan
yang di uji
|
Pada praktikum fisiologi hewan air ini
ada tiga tahap, yaitu :
Ø A. Pemberian pakan ikan dengan frekuensi yang
berbeda
1. Siapkan
tiga buah aquarium yang bersih berukuran sedang, kemudian isi ketiga aquarium
tersebut dengan air tawar, masing-masing akuarium diberi label B, C, dan A.
Perlakuan pemberian pakan
masing-masing akuarium berbeda, yaitu :
·
Akuarium A : pemberian pakan 1 x per hari, yaitu pada waktu pagi hari.
·
Akuarium B : pemberian pakan 2 x per hari, yaitu pada waktu pagi dan sore
hari.
·
Akuarium C : pemberian pakan 3 x per hari, yaitu pada pagi, siang dan
sore hari.
Adapun Presentase pakan yang
diberikan sebanyak 5% dari bobot biomassa ikan per akuarium.
Jumlah ikan per akuarium 4 ekor
dengan berat ±8,1 gram per ekor.
= > 8,1 gram x 4 = 32,4 gram
Frekuensi pakan = 5 % x biomassa ikan
=
5 % x 32,4 gram
=
1,62 gram
Jumlah pakan masing-masing akuarium
Akuarium A 1x se hari = 1,62 gram
sebanyak 1 x sehari
Akuarium B 2x se hari = 1,62/2
=
0,81 gram sebanyak 2 x sehari
Akuarium C 3x se hari = 1,62/3
=
0,54 gram sebanyak 3 x sehari
2. Setelah
aquarium diisi air, masukkan ikan nila pada tiap-tiap aquarium masing-masing
berjumlah 4 ekor.
3. Masukkan
bubuk Kalium Permanganat (PK) secukupnya kedalam aquarium yang telah berisi
ikan. Bubuk Kalium Permanganat ini berfungsi sebagai sterilisasi air agar ikan
tidak terserang penyakit.
4. Diamkan
ikan beberapa saat untuk ikan beradaptasi sambil aerator dinyalakan.
5. Setelah
ikan terlihat mulai beradaptasi dengan tempatnya yang baru, beri ikan pakan.
6. Untuk
besok harinya ikan diberi pakan dengan frekuensi yang berbeda dengan dosis yang
sama, selama 2 minggu.
7. Bersihkan
aquarium secara rutin minimal 2 hari sekali atau jika aquarium sudah terlihat
kotor.
8. Amati
dan catat jika ada ikan yang mati.
Ø B. Menghitung glukosa darah ikan
1.
Siapkan 10 sample ikan nila dengan
ukuran yang sama.
2.
Ikan ditimbang dulu bobotnya menggunakan
timbangan digital sebelum melakukan proses pengambilan glukosa.
3.
Dalam pengambilan darah ikan dalam
praktikum ini menggunakan teknik Cardiac Puncture (Punksi jantung). Pada teknik ini ikan dipegang dengan posisi menghadap
ke atas.
4.
Tusuk atau
masukkan jarum suntik secara perlahan dan tidak menyakiti ikan, dengan
posisi vertikal pada bagian tengah antara dasar anterior dan sirip bagian
pektoral.
5.
Pastikan tidak ada gelembung air yang
masuk dalam spuit, kemudian tarik perlahan-lahan sampai darah masuk kedalam
spuit.
6.
Jika darah sudah didapat, segera
teteskan pada test strips agar darah
ikan tidak membeku.
7.
Masukkan test strips pada pengukur glucose meter ( reskoglukosa ), tunggu
selama 10 detik dan lihat hasilnya di layar monitor
8.
Catat hasilnya.
Ø C. Menghitung operculum ikan
1.
Siapkan ikan yang akan dihitung
overculumnya.
2.
Sebelum ikan dihitung overculum, ikan ditimbang terlebih dahulu bobotnya
dengan timbangan digital ( lapisi timbangan dengan plastik, agar timbangan
tidak terkena air ).
3.
Setelah ditimbang, pindahkan ikan
kedalam wadah baskom berukuran sedang, diamkan ikan beberapa saat sampai ikan
tenang dan menghitung overculum pun dimulai dengan waktu 60 detik ( 1 menit )
menggunakan stopwacth.
4.
Catat hasilnya.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
a)
Perbedaan frekuensi pada pemberiaan
pakan ikan
Pada
tahap ini, yang dilakukan selama 2 minggu ikan mengalami kematian didalam
aquarium, untuk lebih jelasnya lihat pada tabel 3.
Hari
ke-
|
Kode
aquarium
|
||
B
|
C
|
A
|
|
Hari ke- 3
|
-
|
-
|
-
|
Hari ke- 6
|
2
ekor
|
1
ekor
|
1
ekor
|
Hari
ke- 8
|
2
ekor
|
2
ekor
|
1
ekor
|
Hari ke- 10
|
2
ekor
|
2
ekor
|
2
ekor
|
Hari ke- 12
|
1
ekor
|
2
ekor
|
2
ekor
|
Hari ke- 14
|
2
ekor
|
3 ekor
|
3
ekor
|
Kematian pada ikan dalam praktikum fisiologi hewan air
ini, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Praktikum
dilakukan diruang terbuka(out door),sehingga ikan secara langsung berkontak
langsung dengan matahari, dan keadaan suhu yang berubah-ubah dan mengakibatkan
ikan mengalami kematian secara beruntun di setiap kelompok yang melakukan
praktikum tersebut.
2. Keadaan
aquarium ikan yang kurang bersih karena tidak rajin dibersihkan hingga sisa
pakan pun mengendap didasar aquarium, membusuk dan meneyebab timbulnya bakteri
sehingga dapat membuat ikan keracunan jika dimakan kembali oleh ikan. Selain itu,
kotoran yang mengendap di aquarium juga dapat membuat ikan stress karena
kondisi aquariumnya yang kotor. Pada saat ikan stress sistem kekebalan tubuhnya
menurun sehingga mudah terserang penyakit ditambah lagi dengan kondisi ikan
yang tidak mendapat asupan energi dari pakan.
3. Kepadatan
ikan di akuarium terlalu tinggi sehingga proses respirasi terganggu karena
rendahnya oksigen terlarut yang tersedia tidak seimbang dengan oksigen yang
dibutuhkan untuk ikan bernafas.
b)
Menghitung glukosa darah ikan
Dalam pengambilan sample
darah ikan menggunakan ikan sebanyak 10 ekor, tetapi tidak semua ikan dapat
diambil darah disebabkan beberapa faktor :
1. Ikan
mengalami stress karena dipindah dengan perlakuan yang kurang baik dari tempat yang satu ke tempat yang lain
tanpa memberi kesempatan ikan untuk beradaptasi dulu.
2. Darah
ikan yang cepat membeku ketika berada diluar tubuh ikan, sehingga darah tidak
bisa digunakan lagi untuk dilakukan pengecekkan untuk mengecek kadar darahnya.
Sample
|
Bobot
|
Kadar
glukosa
Mg
/ dl
|
Ikan I
|
28,74
g
|
148
|
Ikan II
|
38,33
g
|
-
|
Ikan III
|
38,82
g
|
55
|
Ikan
IV
|
40,06
g
|
-
|
Ikan V
|
67,10
g
|
140
|
Ikan
VI
|
47,22
g
|
-
|
Ikan
VII
|
48,28
g
|
-
|
Ikan VIII
|
41,12
g
|
-
|
Ikan IX
|
28,28
g
|
-
|
Ikan X
|
36,18
g
|
148
|
c) Menghitung
overculum
Menghitung
overculum ikan setiap individu wajib menghitung
operculum ikan dengan sample 1 ekor ikan dan waktu 60 detik ( 1 menit ). Pada
proses perhitungan overculum ini tidak ditemukan kendala, karena ikan mampu dan
cukup mudah beradaptasi serta ikan juga tidak liar pada saat perhitungan dan
pengamatan berlangsung, dan hasilnya perhitungan dapat dilihat pada tabel
Sample
ikan
|
Bobot
ikan
|
Hasil
perhitungan
1
menit
|
1
|
66,98
|
129
|
2
|
47,74
|
116
|
3
|
29,57
|
115
|
4
|
41,06
|
110
|
5
|
39,05
|
124
|
6
|
41,77
|
157
|
7
|
22,58
|
111
|
8
|
28,21
|
125
|
9
|
33,12
|
106
|
10
|
14,02
|
125
|
11
|
22,86
|
121
|
12
|
34,94
|
114
|
13
|
15,34
|
104
|
14
|
15,77
|
108
|
15
|
27,51
|
115
|
16
|
35,98
|
120
|
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Ikan
banyak mengalami kematian karena mengalami turunnya kekebalan tubuh ikan pada
saat stress dikarenakan kondisi aquarium yang kurang bersih dan faktor cuaca
yang berubah-ubah, selain itu faktor lingkungan juga tidak mendukung
dikarenakan suhu lingkungan yang relatif
tinggi.
2. Darah
ikan cepat membeku karena suhu ruang yang terlalu panas sehingga sulit untuk
mengujinya pada pengujian kadar glukosa darah ikan nila.
1. Praktikum
seharusnya dilakukan diruang tertutup, sehingga mudah saat pengontrolan
ikannya.
2. Pada
praktikum selanjutnya perlu adanya kedisiplinan dalam pemberian pakan ikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan lebih memperhatikan kebersihan
aquarium ikan untuk menimalisir kematian ikan.
3. Sesuai
kan kondisi suhu ruang pada saat
pengambilan sample darah ikan, agar darah tidak cepat membeku.
4. Perlunya
kelengkapan alat sehingga berlangsungnya praktikum lebih optimal dan efisien.