Sabtu, 20 September 2014

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : Pengaruh Pakan pada Pertumbuhan I



LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AIR

Laporan praktikum Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air Semester IV
Fakultas Perikanan, Universitas Pekalongan
Tahun Pelajaran 2014



Di susun Oleh            :
Nama              : Nur Aisah
NPM               : 0310060312
Kelas               : Perikanan Sore ( B )


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Bahrus Syakirin, M.Pi sebagai dosen Pengampu mata kuliah Fisiologi Hewan Air, kepada Ibu Dra. Hayati Soeprapto, Msi sebagai dosen pembimbing praktikum,serta terimakasih juga untuk dosen-dosen Fakultas Perikanan, Universitas Pekalongan yang telah membimbing.
Laporan praktikum ini tentunya belum cukup sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan praktikum di masa yang akan datang.
 Penulis berharap, semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.




Pekalongan, Juni 2014

Penulis



DAFTAR ISI




BAB I  

PENDAHULUAN


        Indonesia merupakan negara yang kaya dimana mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya melimpah tersebut baik berasal dari darat maupun lautan, dari budidaya maupun tangkapan.
        Ikan adalah Organisme berdarah dingin (poikilotermis) dimana ia menghabiskan sebagian hidupnya di perairan, bergerak dan mengatur keseimbangan menggunakan insng dan pada umunya bernafas dengan insang.
        Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Musfirah (2012), ia menyatakan bahwa Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis (berdarah dingin), memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
        Didalam tubuh ikan terdapat proses-proses yang membangun pada setiap fungsi tubuh yang membentuk suatu sistem yang dibahas dalam fisiologi hewan air baik dari respirasi, pertumbuhan, osmerogulasi, adaptasi, dan lain sebagainya. Ikan nila merupakan objek  praktikum ini yang akan diamati dan diuji.
Laporan praktikum ini disusun guna :
·                Melengkapi tugas mata kuliah fisiologi hewan air.
·                Mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap pertumbuhan dan kadar gula darah ikan.
·                Mengetahui banyak frekuensi operculum terbuka dan menutupnya insang.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan :
·                Menambah wawasan tentang fisiologi hewan air.
·                Menambah wawasan mengenai pengaruh frekuensi pemberian pakan ikan terhadap pertumbuhan dan kadar glokusa ikan.
·                Mengetahui frekuensi operculum terbuka dan menutup.
·                Dapat mengaplikasikan dalam budidaya perikanan.
TINJAUAN PUSTAKA

Adapun sistematika ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Suyanto (2005), adalah sebagai berikut:
kingdom          : Animalia
filum                : Chordata
kelas                : Osteichthyes
ordo                 : Percomorphi
sub-ordo          : Percoidea
famili               : Cichlidae
genus               : Oreochromis
spesies             : Oreochromis niloticus.
Ikan nila mempunyai ciri yang khas, yaitu adanya garis vertikal yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah dan garis seperti ini juga terdapat pada sirip punggung dan sirip duburnya. Bentuk tubuh ikan nila pipih meruncing, posisi mulut superior dan dapat disembulkan, sisik stenoid dan memiliki sirip yang lengkap, terdiri atas sirip dorsal, ventral, pektoral, anal, dan caudal. Posisi sirip ventral terhadap pektoralnya adalah abdominal. Ikan nila mempunyai linea lateralis yang lengkap dan terputus. Ada beberapa ciri yang dapat membedakan ikan nila jantan dan betina, Pada rahang terdapat bercak kehitaman.
Sisik ikan nila adalah tipe scenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal dibagian belakang sirip dada (abdormal) (Tariga, 2012).
Menurut Suyanto (2005), perbedaannya terdapat pada sisiknya. Sisik ikan nila jantan lebih besar daripada ikan nila betina, sisik bawah dagu dan perut ikan nila jantan berwarna gelap, dan alat kelamin jantan berupa tonjolan yang disebut papilla sedangkan kelamin betina berupa tonjolan dibelakang anus.

2.2 Habitat

Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam dinaikkan sdikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang berkadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Leugeu, 2009).
Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengkonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Oleh karena itu, ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih,pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani),sepertiRotifera sp, Moina sp, atau Daphnia sp. 
Benih ikan nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budidaya.Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet(Tariga, 2012).

2.4 Kualitas Air

Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas 1982). Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38oC dengan suhu terbaik adalah 25-30oC dan dengan nilai pH air  antara 6-8,5 (Suyanto 2003).
Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0–35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1–2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2-3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).
METODE PRAKTIKUM

Praktikum Fisiologi Hewan Air dilaksanakan mulai dari tanggal 13 hingga 23 Mei 2014 bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan (UNIKAL) di Slamaran.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut :
No
Nama Alat
Fungsi
1
Akuarium
Digunakan  sebagai wadah pemeliharaan ikan yang akan di amati
2
Aerator
Digunakan sebagai media suplay oksigen terlarut
3
Alat Suntik/ injeksi
Digunakan sebagai mengambil darah ikan
4
Glucose Meter
Digunakan sebagai mengukur kadar glukosa darah
5
Timbangan ditigal
Digunakan sebagai menimbang bobot ikan
6
Stopwacth
Digunakan sebagai menghitung operculum
7
Tisu
Sebagai membersihkan alat-alat yang digunakan
8
Baskom
Digunakan sebagai menyimpan ikan
9
Alat tulis
Mencatat hasil praktikum
10
Selang Aerasi
Media penyalur oksigen dari aerator
11
Seser
Alat untuk penyaring kotoran atau pengambil objek

Tabel 2. Bahan yang digunakan untuk praktikum adalah sebagai berikut :
No
Nama Bahan
Fungsi
1
Ikan Nila
Objek Pengamatan
2
Kalium Permanganat (PK)
Digunakan untuk sterilisasi akuarium yang akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan yang akan di uji
3
Pakan buatan (pelet)
Sebagai pakan dan sumber energi ikan
4
Darah Ikan
Bahan yang di uji

Pada praktikum fisiologi hewan air ini ada tiga tahap, yaitu :
Ø  A. Pemberian pakan ikan dengan frekuensi yang berbeda
1.      Siapkan tiga buah aquarium yang bersih berukuran sedang, kemudian isi ketiga aquarium tersebut dengan air tawar, masing-masing akuarium diberi label B, C, dan A.
Perlakuan pemberian pakan masing-masing akuarium berbeda, yaitu :
·           Akuarium A       : pemberian pakan 1 x per hari, yaitu pada waktu pagi hari.
·           Akuarium B       : pemberian pakan 2 x per hari, yaitu pada waktu pagi dan sore hari.
·           Akuarium C       : pemberian pakan 3 x per hari, yaitu pada pagi, siang dan sore hari.
Adapun Presentase pakan yang diberikan sebanyak 5% dari bobot biomassa ikan per akuarium.
Jumlah ikan per akuarium 4 ekor dengan berat ±8,1 gram per ekor.
= >     8,1 gram x 4 = 32,4 gram
Frekuensi pakan        = 5 % x biomassa ikan
                                  = 5 % x 32,4 gram
                                  = 1,62 gram
Jumlah pakan masing-masing akuarium
Akuarium A  1x se hari         = 1,62 gram sebanyak 1 x sehari
Akuarium B 2x se hari          = 1,62/2
                                              = 0,81 gram sebanyak 2 x sehari
Akuarium C 3x se hari          = 1,62/3
                                              = 0,54 gram sebanyak 3 x sehari
2.      Setelah aquarium diisi air, masukkan ikan nila pada tiap-tiap aquarium masing-masing berjumlah 4 ekor.
3.      Masukkan bubuk Kalium Permanganat (PK) secukupnya kedalam aquarium yang telah berisi ikan. Bubuk Kalium Permanganat ini berfungsi sebagai sterilisasi air agar ikan tidak terserang penyakit.
4.      Diamkan ikan beberapa saat untuk ikan beradaptasi sambil aerator dinyalakan.
5.      Setelah ikan terlihat mulai beradaptasi dengan tempatnya yang baru, beri ikan pakan.
6.      Untuk besok harinya ikan diberi pakan dengan frekuensi yang berbeda dengan dosis yang sama, selama  2 minggu.
7.      Bersihkan aquarium secara rutin minimal 2 hari sekali atau jika aquarium sudah terlihat kotor.
8.      Amati dan catat jika ada ikan yang mati.

Ø  B. Menghitung glukosa darah ikan
1.        Siapkan 10 sample ikan nila dengan ukuran yang sama.
2.        Ikan ditimbang dulu bobotnya menggunakan timbangan digital sebelum melakukan proses pengambilan glukosa.
3.        Dalam pengambilan darah ikan dalam praktikum ini menggunakan teknik Cardiac Puncture (Punksi jantung). Pada teknik ini ikan dipegang dengan posisi menghadap ke atas.
4.        Tusuk atau masukkan jarum suntik secara perlahan dan tidak menyakiti ikan, dengan posisi vertikal pada bagian tengah antara dasar anterior dan sirip bagian pektoral.
5.        Pastikan tidak ada gelembung air yang masuk dalam spuit, kemudian tarik perlahan-lahan sampai darah masuk kedalam spuit.
6.        Jika darah sudah didapat, segera teteskan pada test strips agar darah ikan tidak membeku.
7.        Masukkan test strips pada pengukur glucose meter ( reskoglukosa ), tunggu selama 10 detik dan lihat hasilnya di layar monitor
8.        Catat hasilnya.

Ø  C. Menghitung operculum ikan
1.        Siapkan ikan yang akan dihitung overculumnya.
2.        Sebelum ikan dihitung overculum,  ikan ditimbang terlebih dahulu bobotnya dengan timbangan digital ( lapisi timbangan dengan plastik, agar timbangan tidak terkena air ).
3.        Setelah ditimbang, pindahkan ikan kedalam wadah baskom berukuran sedang, diamkan ikan beberapa saat sampai ikan tenang dan menghitung overculum pun dimulai dengan waktu 60 detik ( 1 menit ) menggunakan stopwacth.
4.        Catat hasilnya.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a)        Perbedaan frekuensi pada pemberiaan pakan ikan
Pada tahap ini, yang dilakukan selama 2 minggu ikan mengalami kematian didalam aquarium, untuk lebih jelasnya lihat pada tabel 3.
Hari ke-
Kode aquarium
B
C
A
  Hari ke- 3
-
-
-
  Hari ke- 6
2 ekor   
1 ekor
1 ekor
  Hari ke- 8
2 ekor
2 ekor
1 ekor
  Hari ke- 10
2 ekor
2 ekor
2 ekor
  Hari ke- 12
1 ekor
2 ekor
2 ekor
  Hari ke- 14
2 ekor
 3 ekor
3 ekor
                                                  
Kematian  pada ikan dalam praktikum fisiologi hewan air ini, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Praktikum dilakukan diruang terbuka(out door),sehingga ikan secara langsung berkontak langsung dengan matahari, dan keadaan suhu yang berubah-ubah dan mengakibatkan ikan mengalami kematian secara beruntun di setiap kelompok yang melakukan praktikum tersebut.
2.      Keadaan aquarium ikan yang kurang bersih karena tidak rajin dibersihkan hingga sisa pakan pun mengendap didasar aquarium, membusuk dan meneyebab timbulnya bakteri sehingga dapat membuat ikan  keracunan  jika dimakan kembali oleh ikan. Selain itu, kotoran yang mengendap di aquarium juga dapat membuat ikan stress karena kondisi aquariumnya yang kotor. Pada saat ikan stress sistem kekebalan tubuhnya menurun sehingga mudah terserang penyakit ditambah lagi dengan kondisi ikan yang tidak mendapat asupan energi dari pakan.
3.      Kepadatan ikan di akuarium terlalu tinggi sehingga proses respirasi terganggu karena rendahnya oksigen terlarut yang tersedia tidak seimbang dengan oksigen yang dibutuhkan untuk ikan bernafas.

b)        Menghitung glukosa darah ikan
Dalam pengambilan sample darah ikan menggunakan ikan sebanyak 10 ekor, tetapi tidak semua ikan dapat diambil darah disebabkan beberapa faktor :
1.      Ikan mengalami stress karena dipindah dengan perlakuan yang kurang baik  dari tempat yang satu ke tempat yang lain tanpa memberi kesempatan ikan untuk beradaptasi dulu.
2.      Darah ikan yang cepat membeku ketika berada diluar tubuh ikan, sehingga darah tidak bisa digunakan lagi untuk dilakukan pengecekkan untuk mengecek kadar darahnya.
Sample
Bobot
Kadar glukosa
Mg / dl
Ikan I
28,74 g
148
Ikan II
38,33 g
-
Ikan III
38,82 g
55
Ikan IV
40,06 g
-
Ikan V
67,10 g
140
Ikan VI
47,22 g
-
Ikan VII
48,28 g
-
Ikan VIII
41,12 g
-
Ikan IX
28,28 g
-
Ikan X
36,18 g
148

c)      Menghitung overculum
Menghitung overculum  ikan setiap individu wajib menghitung operculum ikan dengan sample 1 ekor ikan dan waktu 60 detik ( 1 menit ). Pada proses perhitungan overculum ini tidak ditemukan kendala, karena ikan mampu dan cukup mudah beradaptasi serta ikan juga tidak liar pada saat perhitungan dan pengamatan berlangsung, dan hasilnya perhitungan dapat dilihat pada tabel
Sample ikan
Bobot ikan
Hasil perhitungan
1 menit
1
66,98
129
2
47,74
116
3
29,57
115
4
41,06
110
5
39,05
124
6
41,77
157
7
22,58
111
8
28,21
125
9
33,12
106
10
14,02
125
11
22,86
121
12
34,94
114
13
15,34
104
14
15,77
108
15
27,51
115
16
35,98
120


BAB V

PENUTUP


5.1 Simpulan

1.      Ikan banyak mengalami kematian karena mengalami turunnya kekebalan tubuh ikan pada saat stress dikarenakan kondisi aquarium yang kurang bersih dan faktor cuaca yang berubah-ubah, selain itu faktor lingkungan juga tidak mendukung dikarenakan suhu lingkungan  yang relatif tinggi.
2.      Darah ikan cepat membeku karena suhu ruang yang terlalu panas sehingga sulit untuk mengujinya pada pengujian kadar glukosa darah ikan nila.

1.      Praktikum seharusnya dilakukan diruang tertutup, sehingga mudah saat pengontrolan ikannya.
2.      Pada praktikum selanjutnya perlu adanya kedisiplinan dalam pemberian pakan ikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan lebih memperhatikan kebersihan aquarium ikan untuk menimalisir kematian ikan.
3.      Sesuai kan kondisi suhu ruang  pada saat pengambilan sample darah ikan, agar darah tidak cepat membeku.
4.      Perlunya kelengkapan alat sehingga berlangsungnya praktikum lebih optimal dan efisien.